Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

,

,

31 January 2010

Sepakbola Dunia Dan Kita

Reputasi sepakbola dunia saat ini sedang dipertaruhkan. Beragam isu sepakbola internasional merebak dan mendapat tanggapan serius dari Presiden FIFA Sepp Blatter dalam berbagai kesempatan. Misalnya, isu perjudian, khususnya pengaturan skor di sejumlah liga sepakbola Eropa.


Isu lain, keuangan banyak klub elit dunia menjadi tidak sehat karena jor-joran dalam membeli pemain, sekaligus memperlebar kesenjangan antara klub kaya dan klub miskin. Seperti fenomena Manchester City di Inggris dan Real Madrid di Spanyol. Termasuk pembelian Christiano Ronaldo oleh Real Madrid dari Manchester United sebesar Rp 1,3 triliun yang memecahkan rekor pemain termahal dunia.

Lalu, kontroversi kepemimpinan wasit yang bahkan menyeret politik masuk ranah sepakbola, seperti buntut dari kasus pertandingan playoff Pra Piala Dunia 2010 antara Aljazair dan Mesir maupun Irlandia dan Prancis. Piala Dunia 2010 sendiri mendapat sorotan tajam berbagai pihak terkait persiapan yang agak tersendat sehingga menuntut FIFA bersama LOC setempat bekerja ekstra keras sebelum pesta akbar itu tiba, Juni-Juli mendatang. Lalu, masalah permainan kasar yang menyebabkan banyaknya pemain bintang yang dibekap cedera, dan terancam absen di Piala Dunia 2010. Terakhir, dunia dikejutkan oleh serangan para pemberontak bersenjata terhadap bis Tim Nasional Togo hanya dua hari menjelang Pembukaan Piala Afrika 2010.

Dinamika sepakbola dunia itu juga mewarnai sepakbola Indonesia. Masalah kepemimpinan wasit terus-menerus digugat karena dinilai menjadi penyebab tindakan anarkis di lapangan dan di luar lapangan. Kondisi itu bahkan mengundang intervensi pihak keamanan untuk masuk ke lapangan sepakbola dan beberapa stadion sulit mendapatkan izin menggelar pertandingan Liga. Yang mengejutkan, dua pemain yang terlibat perkelahian di lapangan sepakbola diseret ke meja hijau. Hal ini bertentangan dengan filosofi hukum FIFA, bahwa kasus dalam sepakbola diselesaikan lewat mekanisme dan bahasa sepakbola dan tidak boleh dibawa ke ranah hukum.

Berbagai upaya PSSI melalui kursus wasit, workshop manajemen pertandingan atau Panpel, sosialisasi peraturan pertandingan, hukuman berat yang dijatuhkan Komisi Disiplin dan Komisi Banding terhadap pelanggar peraturan dan etika, ternyata belum juga membuat jera pelaku sepakbola kita. Yang tak kalah menggemaskan, kasus-kasus klub dengan pemain dan pelatih, termasuk dengan agen pemain asing tak kunjung berkurang.

Sedangkan mutu permainan Tim Nasional Utama tidak juga meningkat pasca penampilan hebat di Piala Asia 2007 sehingga gagal meraih tiket ke putaran final Piala Asia 2011 di Qatar. Bahkan kegagalan total Timnas U-23 di SEA Games 2009 Laos menyentak kita semua. Ironis memang, karena keterpurukan Tim Nasional ini terjadi justru di tengah melejitnya mutu klub dan kompetisi profesional kita di level Asia.

Dua isu sentral di atas, tindakan anarkis yang diikuti intervensi politik dan aparat keamanan serta keterupurukan prestasi Tim Nasional di kancah internasional, membuat reputasi sepakbola Indonesia benar-benar dipertaruhkan. Dan … PSSI, SAYA dan ANDA, dituntut untuk berpikir lebih cerdas dan bekerja lebih keras dan total untuk menaikkan level persepakbolaan Nasional menuju international standard.

Kita, PSSI bersama seluruh anggotanya, sebenarnya telah linked dengan tuntutan perkembangan sepakbola dunia sejak tahun 2004. Pertama, di bidang organisasi. PSSI sudah memakai Statuta Baru yang sudah disahkan oleh FIFA dan mulai tahun 2010 seluruh anggota PSSI sudah harus memakai Pedoman Dasar Pengprov PSSI yang sudah disahkan sepanjang tahun 2009. Seiring dengan itu, PSSI juga sudah menyesuaikan seluruh peraturan FIFA dan AFC, termasuk Kode Disiplin, Peraturan Fair Play, dan pembentukan asosiasi pemain profesional.

Kedua, meningkatkan mutu klub dan kompetisi profesional Liga Indonesia untuk mempercepat proses industrialisasi persepakbolaan Nasional. Kalau tahun 2008, Liga Profesional kita meraih rangking 8 Asia dan nomor satu di ASEAN, maka tahun 2010 PSSI mematok target masuk 6 Besar Asia. Beberapa klub bahkan sudah mampu mengeksploitasi properti bisnis klub mereka sehingga menarik perusahaan sposor. Dan, kita patut acungkan jempol kepada manajemen Persib Bandung, yang sukses mengubah sejarah sebagai klub eks Perserikatan pertama yang tidak lagi bergantung pada dana APBD. Badan Liga Indonesia pun telah mereformasi diri menjadi badan usaha bernama PT Liga Indonesia sesuai tuntutan AFC.

Ketiga, untuk memperkuat pondasi klub dan kompetisi professional, PSSI telah memberikan otonomi penuh kepada Badan Liga Amatir untuk mengelola kompetisi amatir Divisi I, Divisi II U-23, dan Divisi III U-21. Sebagai basis rekrutmen pemain klub dalam bisnis sepakbola modern, PSSI akan membentuk Badan Pengembangan Pemain Muda yang secara khusus bertanggungjawab mencetak pemain-pemain muda usia Negeri ini sesuai standar metode kepelatihan sepakbola modern.

Ada empat pilar dalam pembangunan grassroots dan youth development ini, yaitu (1) Liga Pendidikan (2) Liga Yunior U-15, U-18, U-21 (3) School of Excellent dan Program Uruguay yang berorientasi pada pemagangan dan kontrak oleh klub-klub Eropa dan Amerika Latin. Untuk memperkuat obsesi ini, PSSI mulai tahun 2010 akan bekerjasama dengan Federasi Sepakbola Australia untuk pembinaan yunior ini. (4) kewajiban klub-klub profesional memiliki tim U-21, U-18, dan U-15.

PSSI mulai mempersiapkan pemain-pemain muda ini dari sekarang untuk meloloskan Indonesia ke Piala Dunia 2018 dan Olimpiade 2020 serta membela Merah Putih di Piala Konfederasi 2021 dan Piala Dunia 2022. Dan kita boleh berbangga karena program-program ambisius ini mendapat dukungan luar biasa dari Presiden Federasi Sepakbola Australia ketika saya mengunjungi Australia dua bulan lalu. Mala mini, beliau mengutus dua orang kepercayaannya, CEO dan General Secretary. Selamat malam Mr. BEN BUCKLEY dan MR. JOHN BOULTBEE, semoga Anda senang berada di Negeri kami. Dua petinggi sepakbola Australia ini berada di tengah-tengah kita malam ini untuk menandatangani MOU kerjasama Pembinaan Pemain Muda untuk jangka 10 tahun ke depan.

Keempat, konsekuensi logis dari peningkatan mutu klub dan kompetisi di semua jenjang, PSSI bertekad meningkatkan mutu dan reputasi Tim Nasional. Salah satu langkah strategis yang dilakukan PSSI tahun 2010 adalah merekrut direktur teknik dan pelatih kepala Tim Nasional bererputasi internasional. Di tangan dua tenaga ahli dan hebat itulah, pondasi pembangunan Timnas high level diletakkan dengan empat target: lolos ke Piala Dunia 2018, lolos ke Olimpiade 2020, dan siap mengharumkan nama Indonesia di Piala Konfederasi 2021 dan Piala Dunia 2022 di Indonesia.

Kelima, peningkatan mutu infrastruktur dan fasilitas klub dan pembangunan infrastruktur kantor seluruh anggota PSSI. Di satu sisi, hal itu terkait persyaratan FIFA untuk bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur klub dan anggota adalah KEHARUSAN jika kita ingin berdiri sejajar dengan Negara sepakbola maju dalam pengelolaan sepakbola modern.

Dalam kaitan infrastruktur sebagai elemen penting dari industri sepakbola, mala mini juga kita menyaksikan penandatangan bola produk dalam negeri, PESPEX. Industri pembuatan bola Indonesia sudah banyak diekspor dan diakui dunia. Dan keputusan PSSI menggaet PESPEX sebagai sponsor BOLA resmi kompetisi Nasional adalah bentuk apresiasi terhadap BOLA produk dalam Negeri sekaligus memacu perkembangan industri sepakbola Nasional.

Dalam konteks linked ke persepakbolaan dunia itulah, PSSI pada awal tahun 2009, mengajukan Indonesia untuk mengikuti Bidding Tuan Rumah Piala Dunia FIFA 2022.

Sukses Piala Asia di Indonesia tahun 2007 yang diakui oleh FIFA melalui surat Presiden FIFA Sepp Blatter, telah mengilhami kita untuk berani menatap Asia dan dunia. Itulah warisan terbesar Piala Asia 2007 bagi Bangsa ini. Lebih dari sekedar warisan untuk sepakbola, mimpi indah Piala Asia 2007 dan menjadi Bidders Tuan Rumah Piala Dunia 2022 juga kiranya mengilhami Bangsa ini untuk mengukir sejarah besar, seperti menjadi tuan rumah Asian Games dan Olimpiade.

Kini, Komite Bidding yang dipimpin oleh Bapak Ginanjar Kartasasmita dan CEO Bapak Gita Wiryawan, siap memasuki 2 tahap krusial. Pertama, mendapatkan Surat Deklarasi dan Garansi Pemerintah. Komite Bidding, dan kita semua, tentu sangat mengharapkan dukungan yang terhormat Menegpora kita, Bapak Andi Mallarangeng. Kedua, penyerahan Buku Penawaran Indonesia menjadi Tuan Rumah Piala Konfederasi 2021 dan Piala Dunia 2022 pada Bulan Mei 2010.

Terkait dengan poin kedua ini, saya minta perhatian dan kesiapan dari 12 Pengprov dan Pengcab di 12 Kota Calon Tuan Rumah Piala Dunia untuk menerima Tim Inspeksi FIFA sekitar Agustus-September 2010. Jika semua berjalan mulus, Komite Bidding Indonesia akan meminta kesediaan Bapak Presiden SBY untuk bisa hadir dan memperkuat kampanye Indonesia beberapa jam menjelang Voting Penentuan Tuan Rumah Piala Dunia 2018/2022 oleh 24 Komite Eksekutif FIFA di Zurich, Swiss.

Sekali lagi, melalui Bidding Tuan Rumah Piala Dunia 2022, reputasi sepakbola Indonesia benar-benar dipertaruhkan. Ukurannya bukan soal menang atau pun kalah dalam voting 24 Exco FIFA nanti. Tapi, keseriusan kita mengangkat harkat dan martabat Bangsa dalam persaingan di tingkat dunia melalui sepakbola. Pemerintahan SBY, dalam Visi Indonesia 2030, telah mencanangkan Indonesia Menjadi Negara Maju Tahun 2025. Saat ini, Indonesia sudah masuk 20 kelompok negara elit G-20 dan salah satu pelopor Negara Berkembang untuk memecahkan persoalan besar dunia, Perubahan Iklim ekstrim akibat Pemanasan Global. Maka, Visi PSSI 2020 dan Bidding untuk menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022 adalah ambisi yang masuk akal.

Pada tanggal 19 April 1930, Ir Soeratin dan kawan-kawan dengan gagah dan bangga di bawah ancaman moncong senapan dan sepatu lars penjajah, mendirikan organisasi sepakbola, PSSI, sebagai alat perjuangan Bangsa Indonesia untuk memperoleh Kemerdekaan. Mereka sadar betul sepakbola mampu menggerakkan segenap elemen masyarakat Indonesia yang besar dan pluralis untuk mencapai Misi Besar Bangsa. Delapan puluh tahun kemudian, SAYA dan ANDA, dituntut berbuat serupa: menjadikan sepakbola, PSSI, sebagai ALAT PERJUANGAN BANGSA untuk bersaing dan berbicara di dunia internasional. Di hadapan kita terbentang SEJARAH besar: merebut Tuan Rumah Piala Dunia 2022. Kita sudah memulainya. Kita BANGSA BESAR. Kita BANGSA BOLA. Mari kita bergandengan tangan menuntaskan MISI BESAR Bangsa ini. Sebuah kado istimewa bagi HUT ke-80 PSSI yang kita cintai dan kita banggakan.

(Naskah pidato ini disampaikan Ketua Umum PSSI Drs. H.A.M Nurdin Halid dalam Kongres Tahunan I PSSI tanggal 15 Januari 2010 di Hotel Hyatt, Bandung)

notepad Nurdin Halid - Opini

di sadur dari http://www.pssi-football.com

Comments :

0 komentar to “Sepakbola Dunia Dan Kita”

Post a Comment

adf.ly - shorten links and earn money!

Friend banner

income web

Infolinks In Text Ads

promote blog

Promote Your Blog

linx

Btn_blue_77x28

ads

label


About Me

My Popularity (by popuri.us)

Blog Archive

affiliated

CO.CC:Free Domain, Link directory

football-linx

Football-linX.com - World of Soccer Links, Football-linX.com - World of Soccer Links, Football-linX.com - World of Soccer Links

Followers

FeedBurnerCount

Blog Visitor

free counters

ip address
Read more: http://kompinter.blogspot.com/2010/03/cara-membuat-headline-news.html#ixzz0kZvhVigw
 

Copyright © 2010 by Goal Soccer